Upacara Turun Tanah atau Tedhak Siten

Tedhak Siten merupakan bagian dari adat dan tradisi masyarakat Jawa Tengah. Secara keseluruhan, upacara ini dimaksudkan agar ia menjadi mandiri di masa depan. Upacara tedak siten diadakan ketika anak berusia tujuh lapan (7 x 35 hari) dan mulai belajar duduk dan berjalan di tanah. Upacara tedak siten atau mudon lemah (turun tanah) merupakan suatu upacara adat yang menandakan anak tersebut diperbolehkan menginjak (tedak) tanah (siti). Upacara ini sendiri mempunyai makna bahwa anak tersebut mampu berdiri dalam menempuh kehidupan.

Tedhak siten umumnya dilaksanakan di halaman rumah pada sore hari; beberapa sumber lain menyebutkan pagi atau siang hari. Ada pun tidak menjadi suatu persyaratan penting apakah upacara dilaksanakan di halaman atau di dalam rumah. Karena tak semua rumah memiliki halaman yang bisa disebut luas atau mencukupi. Maka dari itu, ada beberapa orang yang melakukannya di gandok rumah, rumah bagian belakang. Semua itu disesuaikan dengan keadaan yang terpenting upacara dapat terlaksanakan. Dalam tedhak upacara siten terdapat bahan-bahan yang harus disiapkan yang biasa disebut dengan uba rampe. Uba rampe tedhak siten memunyai makna dan arti tersendiri. Perlengkapan yang diperlukan dalam melaksankan upacara tedhak siten adalah sebagai berikut :
  1. Sesaji selamatan yang terdiri atas nasi tumpeng dengan sayur mayur (kacang panjang, kangkung, dan kecambah), bubur merah dan putih, bubur boro-boro (terbuat dari bekatul), jajan pasar lengkap, dan aneka pala pendem (umbi-umbian).
  2. Jadah (uli) 7 macam yaitu warna merah, putih, htam, kuning, biru, jingga' dan ungu.
  3. Bunga setaman yang ditempatkan dalam bokor besar dari tanah.
  4. Sangkar ayam (kurungan ayam) yang dihiasi janur kuning atau kertas warna-warni.
  5. Tangga yang terbuat dari batang tebu ungu.
  6. Padi, kapas, sekar telon (tiga macam bunga mawar, melati, dan kenanga).
  7. Beras kuning serta beberapa lembar uang.
  8. Bermacam-macam barang berharga seperti gelang, kalung, cincin, peniti, dan lain-lain.
  9. Barang yang bermanfaat seperti buku, alat tulis, dan sebagainya yang dimasukan dalam sangkar.

Upacara tedhak siten biasanya dilaksanakan di halaman rumah. Tata cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
  1. Tahap 1: Anak dipandu oleh ayah dan ibu berjalan melalui 7 wadah berisi 7 jadah berwarna.
    Tedhak Siten merupakan bagian dari adat dan tradisi masyarakat Jawa Tengah Upacara Turun Tanah atau Tedhak Siten
    Jadah adalah simbol dari proses kehidupan yang akan dilalui anak tersebut. Jadah disusun dari warna yang terang ke warna yang lebih gelap. Hal ini menggambarkan kehidupan yang akan dilalui sang anak mulai dari yang ringan sampai yang berat (seberat appun masalah yang dihadapi pasti ada titik terangnya atau jalan pemecahannya).
  2. Tahap 2: Anak akan diberi tangga yang terbuat dari tebu wulung. Tangga ini menyimbolkan urutan tingkatan kehidupan di masa depan yang harus dilalui dengan perjuangan dan hati yang kuat. Juga agar anak dapat sukses tahap demi tahap.
  3. Tahap 3: Setelah anak turun dari tangga, ia dituntun berjalan di atas tanah dan bermain dengan kedua kakinya. Maksudnya agar nantinya adik kita mampu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya sendiri di masa depan.
  4. Tahap 4: Kemudian, anak dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang sudah dihias. Ia disuruh untuk mengambil benda-benda yang ada di dalam kurungan itu, seperti uang, buku, mainan, dan lain. Barang yang dipilih anak tersebut adalah gambaran dari minatnya di masa depan. Biasanya anak tidak mau masuk ke dalam kurungan sehingga harus ditemani ibu atau pengasuhnya. Barang yang pertama kali diambil oleh anak menggambarkan kehidupannya kelak (kegemaran atau pekerjaannya). Misalnya anak mengambil gelang menandakan bahwa anak tersebut akan menjadi orang yang kaya. Sementara jika anak mengambil alat tulis kelak ia akan menjadi anak yang pandai, dan lain sebagainya.
  5. Tahap 5: Setelah itu, ditaburkan beras kuning dan bermacam uang logam. Biasanya orang yang hadir dalam upacara tersebut akan berebut uang koin tersebut. Prosesi ini dengan harapan agar ia memiliki rejeki berlimpah dan berjiwa sosial. Setelah itu, adik dimandikan dengan air kembang 7 rupa, harapannya agar bisa mengharumkan nama keluarga.
  6. Tahap 6: Setelah mandi, anak dipakaikan baju yang bagus sebagai harapan kelak ia mendapat kehidupan yang baik dan layak. Anak duduk dalam tikar atau karpet. Disekitar anak diletakkan barang-barang yang tadinya ada dalam kurungan. Usahakan anak bersedia mengambil barang-barang tersebut

Dalam upacara Tedhak Siten terdapat beberapa makna lambang yang tersirat sebagai berikut :
  • Tangga yang terbuat dari tebu wulung, tebu melambangkan antebing kalbu (ketetapan hati) si anak dalam mengejar cita-citanya agar cepat tercapai.
  • Jadah yang merupakan simbol kehidupan yang akan dilalui si anak. Tujuh warna jadah menggambarkan kehidupan yang akan dilalui sang nakan. Warna merah menggambarkan kehidupan yang banyak rintangan dan halangan dan pilihan. Oleh karena itu diharapkan anak dapat mampu mengatasinya.
  • Kurungan ayam dapat diibaratkan dunia atau kehidupan bermasyarakat. Anak yang masuk ke kurungan ayam berarti anak tersebut masuk ke dalam lingkungan masyarakat luas dan diharapkan mampu menyesuaikan diri dan mematuhi segala peraturan yang ada.
  • Tumpeng melambangkan permohonan otang tua kepada Yang Maha Kuasa, supaya si anak kelak menjadi anak yang berguna. Kacang panjang melambangkan agar si anak berumur panjang, kangkung melambangkan agar si anak mampu tumbuh dan berkembang di mana saja. Kecambah melambangkan kesuburan bagi si anak.
  • Jajan pasar lengkap melambangkan di dalam kehidupan bermasyarakat anak akan berinteraksi dengan berbagai macam karakter manusia sehingga diharapka anak mampu bersosialisasi dengan baik.
  • Pala pendem melambangkan agar anak kelak mempunyai sifat andhap asor atau tidak sombong
Lebih baru Lebih lama