Puisi yang saya ambil sebagai bahan untuk dianalisis adalah puisi yang beredar di dunia maya. Meskipun keakuratannya tidak dapat ditelusuri dengan pasti. Puisi yang beredar di dunia maya memiliki perbedaan. Berikut ini puisi Taufiq Ismail yang berjudul 'Dengan Puisi Aku'
Dengan puisi, aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti.
Dengan puisi, aku bercinta
Berbatas cakrawala.
Dengan puisi, aku mengenang
Keabadian yang akan datang.
Dengan puisi, aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris.
Dengan puisi, aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk.
Dengan puisi, aku berdoa
Perkenankanlah kiranya.
(teks puisi di atas saya ambil dari http://fs.uai.ac.id/blog/archives/318, Fakultas Sastra Universitas Alazhar Indonesia).
Selanjutnya bandingkan dengan teks puisi 'Dengan Puisi Aku' di bawah ini!
dengan puisi aku bernyanyi
sampai senja umurku nanti
dengan puisi aku bercinta
berbaur cakrawala
dengan puisi aku mengenang
keabadian yang akan datang
dengan puisi aku menangis
jarum waktu bila kejam mengiris
dengan puisi aku mengutuk
napas jaman yang busuk
dengan puisi aku berdoa
perkenankanlah kiranya
(teks di atas saya ambil dari http://edisusilo09071991.blogspot.co.id/2015/01/analisis-puisi-dengan-puisi-aku-karya.html)
Lain lagi dengan teks yang berikut ini. Coba perhatikan dengan betul!
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercerita
Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian yang akan datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam meringgis
Dengan puisi aku mengetuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
(Teks puisi di atas saya ambil dari http://composhare.blogspot.com/2015/05/Analisis-Puisi-Dengan-Puisi-Aku-Karya-Taufiq-Ismail.html)
Mana yang benar? saya sendiri tidak mengetahui karena masih belum berhasil membaca teks asli puisi karya Taufiq Ismail. Tulisan yang benar seharusnya dikonfirmasi ke teks asli yang diterbitkan.
Perbedan-perbedaan teks puisi di atas sangat mencolok pada baris ketiga: dengan puisi aku bercerita ada yang menulis dengan puisi aku bercinta.
Baris keempat juga memiliki perbedaan, ada yang menulis berbatas cakrawala ada pula yang menulis berbaur cakrawala.
Baris kedelapan puisi juga memiliki perbedaan penulisan, ada yang menulis meringgis (meskipun tidak jelas ini kata apa, selama ini Taufiq Ismail selalu menggunakan kata konkret, bukan kanta nonsens seperti Sutardji Calzoum Bachri. Kata-kata Taufiq Ismali adalah kata yang lugas dan 'tidak aneh'. (Bekaitan dengan nonsense dalam puisi bisa baca: )
Baris kesembilan juga memliki perbedaan, ada yang menulis mengutuk ada pula yang menulis mengetuk.
Jika ada pembaca yang mengetahui bentuk teks aslinya silahkan komentar, atau kalau dekat bolehlah saya pinjam buku puisinya. :)
Kita tinggalkan perbedaan-perbedaan di atas. Dalam hal ini saya akan memberikan bentuk parafrase puisi 'Dengan Puisi Aku' untuk mempermudah memahami arti dan makna puisi tersebut.
Dengan pertimbangan sumbe referensi yang lebih (menurut saya) dipercaya, saya ambil puisi yang diunggah di lama Fakultas Sastra Universitas Alazhar Indonesia.
Dengan Puisi Aku
Dengan puisi, aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti.
Dengan puisi, aku bercinta
Berbatas cakrawala.
Dengan puisi, aku mengenang
Keabadian yang akan datang.
Dengan puisi, aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris.
Dengan puisi, aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk.
Dengan puisi, aku berdoa
Perkenankanlah kiranya.
Parafrase 'Dengan Puisi Aku' karya Taufiq Ismail
Dengan (menulis) puisi, aku (akan terus) bernyanyi
(walau) Sampai senja umurku nanti.
Dengan (menulis) puisi, aku (menunjukkan rasa saling) bercinta
(yang tidak) Berbatas (seperti) cakrawala.
Dengan (menulis) puisi, (berarti) aku (turut) mengenang (berbagai peristiwa)
(sehingga menjadi sebuah) Keabadian yang akan (dikenang dan diketahui oleh generasi men-)datang.
Dengan (menulis) puisi, aku (juga bisa) menangis
(tentang peristiwa) Jarum waktu bila (peristiwa itu) kejam mengiris.
Dengan (menulis) puisi, aku (protes dan)mengutuk
Nafas (kebijakan) zaman yang busuk (dan korup).
Dengan (menulis) puisi, aku (seraya) berdoa (kepada Tuhan)
(semoga) Perkenankanlah kiranya (oleh Tuhan).
Dari contoh parafrase puisi di atas, dapat dapat ditarik pemaknaan yang lebih mudah yaitu menjadi:
Taufiq Ismail selaku penyari menggunakan puisi untuk mendendangkan keadaan, dan dia beharap bisa bepuisi hingga tua. Dia juga bisa menunjukkan rasa cinta yang tidak terbatas, seluas-luasnya seperti cakrawala.
Dengan puisi pula, penyair ingin turut menjadikan sebuah peristiwa menjadi abadi, sehingga bisa dikenang generasi yang akan datang. Penyair juga bisa menunjukkan kesedihan (menangis) dengan menulis puisi ketika ada peristiwa atau kejadian yang menyayat hati.
Penyair juga beharap bisa mengutuk, protes, terhadap kebijakan sebuah zaman. Terhadap ketidakadilan dan ketidakberesan kadaan. Dengan segala harapan dan tindakannya tersebut, tak lupa dia juga berdoa kepada tuhan dengn puisi, dan berharap dikabulkan oleh tuhan.
Dengan puisi, aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti.
Dengan puisi, aku bercinta
Berbatas cakrawala.
Dengan puisi, aku mengenang
Keabadian yang akan datang.
Dengan puisi, aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris.
Dengan puisi, aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk.
Dengan puisi, aku berdoa
Perkenankanlah kiranya.
(teks puisi di atas saya ambil dari http://fs.uai.ac.id/blog/archives/318, Fakultas Sastra Universitas Alazhar Indonesia).
Taufiq Ismail Sumber Gambar: Biografiku.com |
Selanjutnya bandingkan dengan teks puisi 'Dengan Puisi Aku' di bawah ini!
dengan puisi aku bernyanyi
sampai senja umurku nanti
dengan puisi aku bercinta
berbaur cakrawala
dengan puisi aku mengenang
keabadian yang akan datang
dengan puisi aku menangis
jarum waktu bila kejam mengiris
dengan puisi aku mengutuk
napas jaman yang busuk
dengan puisi aku berdoa
perkenankanlah kiranya
(teks di atas saya ambil dari http://edisusilo09071991.blogspot.co.id/2015/01/analisis-puisi-dengan-puisi-aku-karya.html)
Lain lagi dengan teks yang berikut ini. Coba perhatikan dengan betul!
Dengan Puisi, Aku
Dengan puisi aku bernyanyiSampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercerita
Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian yang akan datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam meringgis
Dengan puisi aku mengetuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
(Teks puisi di atas saya ambil dari http://composhare.blogspot.com/2015/05/Analisis-Puisi-Dengan-Puisi-Aku-Karya-Taufiq-Ismail.html)
Mana yang benar? saya sendiri tidak mengetahui karena masih belum berhasil membaca teks asli puisi karya Taufiq Ismail. Tulisan yang benar seharusnya dikonfirmasi ke teks asli yang diterbitkan.
Perbedan-perbedaan teks puisi di atas sangat mencolok pada baris ketiga: dengan puisi aku bercerita ada yang menulis dengan puisi aku bercinta.
Baris keempat juga memiliki perbedaan, ada yang menulis berbatas cakrawala ada pula yang menulis berbaur cakrawala.
Baris kedelapan puisi juga memiliki perbedaan penulisan, ada yang menulis meringgis (meskipun tidak jelas ini kata apa, selama ini Taufiq Ismail selalu menggunakan kata konkret, bukan kanta nonsens seperti Sutardji Calzoum Bachri. Kata-kata Taufiq Ismali adalah kata yang lugas dan 'tidak aneh'. (Bekaitan dengan nonsense dalam puisi bisa baca: )
Baris kesembilan juga memliki perbedaan, ada yang menulis mengutuk ada pula yang menulis mengetuk.
Jika ada pembaca yang mengetahui bentuk teks aslinya silahkan komentar, atau kalau dekat bolehlah saya pinjam buku puisinya. :)
Kita tinggalkan perbedaan-perbedaan di atas. Dalam hal ini saya akan memberikan bentuk parafrase puisi 'Dengan Puisi Aku' untuk mempermudah memahami arti dan makna puisi tersebut.
Dengan pertimbangan sumbe referensi yang lebih (menurut saya) dipercaya, saya ambil puisi yang diunggah di lama Fakultas Sastra Universitas Alazhar Indonesia.
Dengan Puisi Aku
Dengan puisi, aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti.
Dengan puisi, aku bercinta
Berbatas cakrawala.
Dengan puisi, aku mengenang
Keabadian yang akan datang.
Dengan puisi, aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris.
Dengan puisi, aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk.
Dengan puisi, aku berdoa
Perkenankanlah kiranya.
Parafrase 'Dengan Puisi Aku' karya Taufiq Ismail
Dengan (menulis) puisi, aku (akan terus) bernyanyi
(walau) Sampai senja umurku nanti.
Dengan (menulis) puisi, aku (menunjukkan rasa saling) bercinta
(yang tidak) Berbatas (seperti) cakrawala.
Dengan (menulis) puisi, (berarti) aku (turut) mengenang (berbagai peristiwa)
(sehingga menjadi sebuah) Keabadian yang akan (dikenang dan diketahui oleh generasi men-)datang.
Dengan (menulis) puisi, aku (juga bisa) menangis
(tentang peristiwa) Jarum waktu bila (peristiwa itu) kejam mengiris.
Dengan (menulis) puisi, aku (protes dan)mengutuk
Nafas (kebijakan) zaman yang busuk (dan korup).
Dengan (menulis) puisi, aku (seraya) berdoa (kepada Tuhan)
(semoga) Perkenankanlah kiranya (oleh Tuhan).
Dari contoh parafrase puisi di atas, dapat dapat ditarik pemaknaan yang lebih mudah yaitu menjadi:
Taufiq Ismail selaku penyari menggunakan puisi untuk mendendangkan keadaan, dan dia beharap bisa bepuisi hingga tua. Dia juga bisa menunjukkan rasa cinta yang tidak terbatas, seluas-luasnya seperti cakrawala.
Dengan puisi pula, penyair ingin turut menjadikan sebuah peristiwa menjadi abadi, sehingga bisa dikenang generasi yang akan datang. Penyair juga bisa menunjukkan kesedihan (menangis) dengan menulis puisi ketika ada peristiwa atau kejadian yang menyayat hati.
Penyair juga beharap bisa mengutuk, protes, terhadap kebijakan sebuah zaman. Terhadap ketidakadilan dan ketidakberesan kadaan. Dengan segala harapan dan tindakannya tersebut, tak lupa dia juga berdoa kepada tuhan dengn puisi, dan berharap dikabulkan oleh tuhan.