Sejak dulu, Indonesia dikenal sebagai negara dengan potensi agribisnis. Beragam jenis tanaman dan buah-buahan bisa mendatangkan keuntungan. Salah satunya jaboticaba. Dari buah yang mirip dengan anggur ini bisa dipetik omzet hingga Rp 15 juta per bulan.
Letak geografis Indonesia menjadikan negara kita memiliki punya iklim tropis. Garis khatulistiwa yang melintasi Indonesia menjadikan negeri ini kaya dengan sinar matahari.
Tak pelak, secara umum, banyak produk agribisnis asal Indonesia merupakan produk yang terbaik di dunia. Selain memiliki potensi menjadi produk yang berkualitas tinggi, keanekaragaman tanaman maupun buah juga diakui oleh banyak negara.
Salah satu buah unggulan Indonesia adalah jaboticaba atau Eugenia cauliflora berg. Buah ini merupakan jenis buah yang mirip dengan anggur. Buah ini tumbuh dengan baik di daerah tropis serta menjanjikan sebagai varietas buah andalan Indonesia.
Berbeda dengan anggur, tanaman ini memiliki batang yang punya banyak cabang serta bunga lebih mirip dengan buah jambu biji. Adapun daging buahnya berwarna putih yang mirip dengan warna lemak.
Saat buah matang, kulit buah tampak ungu pekat mendekati hitam. Dengan kulit tipis dan kencang, buah ini mirip sekali dengan buah anggur.
Begitu juga saat buah masih muda. Warnanya hijau terang dengan buah yang menempel di batangbatang pohon jaboticaba. Makanya, oleh para pembudidaya jaboticaba, buah ini kerap disebut sebagai anggur batang atawa anggur brasil.
Arif Rachmadi, pembudidaya jaboticaba asal Ponorogo, Jawa Timur mengatakan, buah ini memiliki keunikan rasa, yakni asam, manis, segar dengan perpaduan rasa buah anggur, alpukat hingga rasa mirip buah leci. "Uniknya, perbedaan rasa juga muncul sesuai dengan pertambahan umur jaboticaba," ujar Rachmadi, panggilan karib Arif Rachmadi.
Selain memiliki bentuk pohon dengan banyak cabang yang indah dilihat serta rasa yang segar, jaboticaba juga memiliki manfaat bagi kesehatan. Antara lain, antipenuaan serta memiliki antioksidan yang tinggi yang bisa membunuh sel kanker.
Mulai ngetren di tahun 2007, pemilik Putra Kencana Arta ini mengaku tidak mengetahui dengan pasti mulai kapan buah ini pertama kali masuk ke Indonesia.
Selain membudidayakan jaboticaba, ia juga menjual bibit buah ini dengan harga Rp 200.000 untuk ukuran 60 cm per pohon. Dari penjualan bibit pohon ini, Rachmadi bisa memetik omzet bulanan di kisaran Rp 11 juta-Rp 15 juta. "Kebanyakan permintaan untuk bibit," ujar Rachmandi yang mulai berbisnis jaboticaba di tahun 2008.
Dalam pertumbuhannya, jaboticaba termasuk pohon yang lambat tumbuh, apalagi bila menanam dari biji. Umur satu tahun, tinggi pohon ini hanya sejengkal saja. Ini pula yang membuat harga jaboticaba mahal. jaboticaba dengan tinggi lebih dari 3 meter bisa dijual seharga Rp 15 juta.
Rana Wijaya, pemilik Nursery Agriprospect di daerah Bogor, mulai menjual bibit jaboticaba sejak akhir 2008. Ia tertarik menjualnya setelah membaca potensi bisnis jaboticaba.
Menjual bibit jaboticaba dengan harga termurah Rp 30.000 untuk bibit setinggi 40 cm-50 cm dan termahal Rp 1,5 juta untuk pohon setinggi 2 m, saban bulan, Rana bisa memetik omzet Rp 6 juta per bulan.
Jaboticaba termasuk tanaman kuat. Namun, ia membutuhkan waktu yang lama untuk tumbuh dan berbuah. Upaya mempersingkat pembuahan dengan cara stek bisa mempersingkat waktu berbuahnya dari minimal delapan tahun menjadi tiga tahun saja.
Jaboticaba merupakan tanaman yang baru menghasilkan buah setelah delapan tahun ditanam dari bijinya. Meski pertumbuhannya tergolong sangat lambat, jaboticaba termasuk tanaman yang gampang perawatannya.
Arif Rachmadi, pembudidaya jaboticaba asal Ponorogo, Jawa Timur, mengatakan, jaboticaba bisa ditanam dalam drum atau pot besar untuk koleksi tanaman buah. Pohon ini dapat hidup dan berbuah di daerah panas dan dataran tinggi.
Jika tanaman sudah dewasa, cukup diberi perangsang pembungaan atau inisiasi serta memperbanyak penyiraman pada bagian batang pohon. Saat jaboticaba berbuah, pohon akan terlihat indah karena buahnya menempel pada setiap batang pohon dengan jumlah yang sangat banyak.
Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah dengan ketinggian antara 0 -1.000 meter di atas permukaan laut. Anggur batang ini membutuhkan sinar matahari langsung atau daerah yang agak ternaungi. "Tumbuhan ini bisa tumbuh dengan baik di daerah tropis seperti Brasil dan Indonesia," ujar Rachmadi yang menjual bibit jaboticaba lewat usahanya Putra Kencana Arta.
Tanah tempat tumbuh anggur batang juga harus gembur, berdrainase baik, memiliki pH antara 5,5 hingga 6,5. Tanaman ini toleran terhadap angin tapi tidak terhadap udara asin di laut.
Biji jaboticaba akan tumbuh menjadi tunas baru setelah satu bulan penanaman. Media pot yang disarankan adalah dua bagian pasir kasar dan satu bagian kompos.
Jaboticaba dapat juga diperbanyak dengan stek. Jaboticaba stek akan berbuah dalam waktu tiga tahun. Sedangkan tanaman yang diperbanyak lewat biji baru bisa berbuah setelah delapan sampai 15 tahun. Karena alasan inilah para pelanggan Rachmadi lebih menyukai metode pengembangan dengan stek. Pohon jaboticaba sudah bisa dijual saat berusia lebih dari enam bulan dengan tinggi 20 cm sampai 30 cm.
Rana Wijaya pemilik Nursery Agriprospect di Bogor (HP 081317496564) mengatakan di negara asalnya, Brasil, jaboticaba hanya membutuhkan waktu lima tahun untuk mulai berbuah. Tapi karena mungkin unsur haranya berbeda di Indonesia, waktunya lebih lama. Sekilogram buah ini dijual Rp 100.000.
Selain mudah dirawat, jaboticaba juga punya daya tahan tinggi. "Saya pernah mengirim bibit ke Kalimantan selama dua pekan tidak ada masalah," ujar Rana.
Satu-satunya hama yang menyerang jaboticaba adalah kutu daun yang akan membuat daun keriting. Meski tak akan membuat tanaman mati, daun keriting akan mengurangi keindahan. Kutu ini hanya menyerang jaboticaba berusia di bawah 1,5 tahun. "Untuk menanggulanginya cukup dengan pestisida," ujarnya.
Rana pun merontokkan daun keriting itu agar kutu daun tidak menyebar. Setelah dua pekan, daun baru akan tumbuh. Rana mengatakan pupuk terbaik untuk tanaman ini adalah kotoran kelelawar.
Tapi karena sulit mendapatkannya, Rana menggunakan pupuk kandang biasa. Ia juga menyemprotkan air seni kelinci yang diencerkan sebagai pupuk daun. Sebagai perawatan rutin, Rana menyiram jaboticabanya dengan air minimal dua hari sekali.