Tahun baru Imlek adalah Hari Raya Umat Konghucu. Meskipun dalam praktiknya, tahun baru Imlek justru juga diperingati oleh umat agama lain di luar Konghucu. Jadi, tahun baru Imlek selain dirayakan oleh penganut Konghucu juga dirayakan oleh warga Tionghoa yang beragama lain.
Karena Imlek adalah perayaan yang berasal dari masyarakat Tiongkok, maka yang istilah-istilah yang digunakan adalah juga berasal dari sana, yaitu bahasa Mandarin.
Perayaan Imlek identik dengan ucapan Gongxi Fa Cai. Ucapan ini berasal dari bahasa Mandarin yang mengalami perbedaan pengucapan di masing-masing tempatnya. Mungkin dialek yang berbeda mengakibatkan perbedaanya.
Sama halnya dalam bahasa Jawa Ngoko yang memiliki perbedaan pengucapan untuk kata yang sebenarnya sama.
Misalnya kata 'kowe' (kamu) di beberapa tempat di Jawa Timur diucapkan 'Ko.en'. Sementara di tempat lain diucapkan 'kuwe'.
Begitu juga dengan Gongxi Fa Cai.
Berikut ini variasi pengucapannya:
"Gōngxǐ fācái"
Karena Imlek adalah perayaan yang berasal dari masyarakat Tiongkok, maka yang istilah-istilah yang digunakan adalah juga berasal dari sana, yaitu bahasa Mandarin.
Perayaan Imlek identik dengan ucapan Gongxi Fa Cai. Ucapan ini berasal dari bahasa Mandarin yang mengalami perbedaan pengucapan di masing-masing tempatnya. Mungkin dialek yang berbeda mengakibatkan perbedaanya.
Sama halnya dalam bahasa Jawa Ngoko yang memiliki perbedaan pengucapan untuk kata yang sebenarnya sama.
Misalnya kata 'kowe' (kamu) di beberapa tempat di Jawa Timur diucapkan 'Ko.en'. Sementara di tempat lain diucapkan 'kuwe'.
Begitu juga dengan Gongxi Fa Cai.
Berikut ini variasi pengucapannya:
"Gōngxǐ fācái"
Ini adalah pengucapan dalam bahasa Mandarin. Bahasa Mandarin ini merujuk pada dialek yang digunakan oleh orang Tiongkok bagian utara.
Kata "mandarin" dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris, bahasa Tionghoa disebut juga sebagai bahasa Mandarin. Sebenarnya, bahasa Inggris juga menyerap dari bahasa lain, yaitu bahasa Portugis: mandarim. Padahal bahasa Portugis juga menyerap dari bahasa Melayu, yaitu: menteri. Nah, mbulet kan?
Sumber yang lain mengatakan bahwa Mandarin secara harfiah berasal dari sebutan orang asing kepada pembesar Dinasti Qing pada zaman dulu. Dinasti Qing didirikan oleh suku Manchu, maka pembesar kekaisaran biasanya disebut sebagai Mandaren yang berarti "Pembesar Manchu". Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan juga disebut sebagai "bahasa Mandaren". Kemudian, penulisannya berevolusi menjadi "Mandarin".
"Kung hei fat choi"
Ini ucapan dalam Hari Raya Imlek dalam bahasa Kanton. Bahasa Kanton secara harafiah: bahasa Guangdong; juga bahasa Konghu) adalah dialek bahasa Tionghoa Yue di Guangdong dan sekitarnya. Juga dituturkan di Tiongkok selatan, Hong Kong, Makau, masyarakat keturunan Tionghoa di Asia Tenggara dan juga masyarakat Tionghoa di belahan dunia lain. Menjadi bahasa 'standar' orang Tionghoa di luar cina.
Bahasa Kanton ini juga punya pembicara di kalangan Tionghoa di Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia, bahasa Kanton biasa dikenal dengan sebutan bahasa Konghu.
"Kiong hi huat cai"
Ini ucapan dalam hari raya Imlek dalam bahasa Hokkien. Bahasa Hokkien atau bahasa Hokkian adalah salah satu dari cabang bahasa Min Selatan (Min-nan). Juga merupakan bagian dari bahasa Han. Bahasa ini banyak digunakan secara luas di provinsi Fujian (Hokkien), Taiwan (Taiwan), bagian utara Guangdong (Kengtang) dan di Asia Tenggara yang mayoritas pendatangnya berasal dari provinsi Fujian. Holo adalah nama lain bahasa Hokkian di daratan Tiongkok dan Taiwan.
"Kiong hi fat choi"
Ini ucapan selamat hari raya imlek dalam bahasa Hakka. Hakka adalah penyebutkan bahasa yang diberikan oleh orang-orang Han di Tiongkok selatan untuk menyebut bahasa dari orang-orang yang mengungsi ke Tiongkok seolatan. Hakka berarti tamu. Jadi, Bahasa Hakka masksudnya bahasa yang digunakan para tamu yang datang.
Sebenarnya ucapan di atas tidak bermakna 'Selamat Imlek' melainkan: selamat dan semoga banyak rejeki.
Ucapan selamat Imlek dalam bahasa Mandarin adalah: Xīnnián kuàilè
Selamat Imlek!